Berdampak pada krisis iklim
Dewi menjelaskan, emisi karbon yang sangat besar dari industri fashion terjadi pada setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk. Tetapi, 70 persen emisi karbon berasal dari kegiatan hulu, seperti produksi dan pemprosesan bahan mentah.
Gak hanya itu, dampak fashion terhadap krisis iklim antara lain juga terkait dengan air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik yang gak bisa terurai secara alami. Di sisi lain, industri fashion juga menyerap begitu banyak sumber daya air.
Sebagai gambaran, produksi satu potong jeans membutuhkan 7.500 liter air. Ini setara dengan rata-rata jumlah air minum yang kita konsumsi selama tujuh tahun.
Sementara itu, produksi sehelai kaus katun memerlukan 700 galon air, yang setara dengan kebutuhan air minum seseorang per hari (8 gelas) selama 3,5 tahun. Gak aneh jika industri fashion menjadi konsumer terbesar kedua dalam penggunaan suplai air dunia.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
“Salah satu sumber terbesar mikroplastik adalah serat tekstil. Saat ini, 63 persen pakaian terbuat dari kain sintetis atau campuran. Hasil pencucian pakaian dari bahan sintetis dalam setiap beban pencucian, akan menghasilkan lebih dari tujuh ratus ribu serat mikroplastik, yang akan langsung mengalir ke pembuangan air dan bermuara di laut,” kata Dewi.
Fast fashion punya andil besar
Dari tahun ke tahun, konsumsi produk pakaian terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah budaya fast fashion yang memproduksi berbagai model dalam waktu sangat singkat serta menggunakan bahan baku yang buruk dan murah.
“Karena harganya yang murah dan modelnya sedang tren, banyak anak muda yang tertarik untuk membeli pakaian dari merek-merek fast fashion tersebut,” tambahnya.
Dahulu, rata-rata brand merilis dua koleksi, yaitu koleksi musim panas dan musim dingin. Sekarang, frekuensinya bisa jauh lebih tinggi, bahkan ada brand global yang merilis hingga belasan koleksi per tahun. Ada pula yang mengeluarkan hingga lebih dari 40 koleksi.
Baca Juga: 5 Fashion Item Cowok yang Cocok Digunakan Cewek
Masalah Limbah Industri Fashion
Limbah dari industri fashion atau tekstil memang menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Dikatakan, pada rentang waktu 2015-2030 akan ada peningkatan limbah pakaian hingga 60% atau 57 juta ton limbah yang dihasilkan setiap tahunnya. Akan mencapai total tahunan hingga 148 juta ton.
Hal ini terjadi dari hulu hingga hilir. Bahkan sampah pakaian tidak akan hanya disebabkan oleh para produsen, tetapi juga terdapat andil besar dari para konsumen. Oleh sebab itu, masalah limbah fashion benar-benar perlu ditangani dengan baik dan serius oleh semua pihak, terutama mencegah produksi fashion yang begitu cepat.
Belum lagi masalah limbah cair, dimana industri fashion untuk menghasilkan satu buah produk saja memerlukan ribuan liter air. Air yang sudah tidak terpakai tersebut akan mengalir ke lingkungan dan dapat merusak keragaman hayati dari lingkungan tersebut.
Mengutip dari Earth.org, dibutuhkan 20 ribu liter air hanya untuk memproduksi 1 kilogram kapas.
Ada beragam bentuk limbah fashion. Salah satunya adalah limbah cairan
Dewi menyebutkan, limbah fashion terdiri dari berbagai bentuk, yang di antaranya adalah limbah cairan. Bahkan, dua puluh persen limbah cairan di dunia berasal dari industri fashion.
Oleh karenanya, pewarnaan tekstil jadi polutan air terbesar kedua di dunia karena sisa air dari proses pewarnaan sering kali dibuang ke selokan dan sungai. Limbah ini mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.
Limbah fashion juga bisa berupa sisa kain dari produksi pakaian di pabrik berskala kecil dan besar serta pakaian tak terpakai yang kita buang. Masalahnya, sejumlah bahan pakaian terbilang sulit terurai secara alami.
Polyester dan nilon membutuhkan waktu 20-200 tahun hingga bisa terurai. Meski begitu, ada juga pakaian dari bahan kain bisa terurai secara alami, misalnya katun, terutama yang 100 persen. Katun bisa terurai dalam hitungan minggu hingga 5 bulan, sedangkan bahan linen bisa terurai dalam dua minggu.
Bentuk Limbah Fashion
Bentuk limbah fashion bukan hanya berbentuk barang-barang jadi atau sisa produksi, melainkan juga cairan. Cairan ini bersumber dari proses pewarnaan fashion. Pada prosesnya banyak industri fashion yang membuang cairan tersebut ke sungai tanpa melakukan proses-proses yang aman sebelum dibuang.
Studi yang dilakukan oleh Pusat Riset Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Februari 2022, di aliran sungai Citarum, Jawa Barat menemukan 70% bagian tengah sungai Citarum tercemar mikro plastik, yakni serat benang polyester bersumber dari industri fashion yang terdapat di sepanjang sungai Citarum.
Bentuk limbah dalam industri fashion bersumber dari sisa kain produksi di Industri, baik itu skala kecil maupun skala besar. Serta pakaian tak terpakai yang dibuang. Termasuk di dalamnya pakaian fast fashion yang digunakan oleh masyarakat. Karena pakaian tersebut mudah rusak setelah pemakaian dalam waktu singkat. Banyak masyarakat yang membuang begitu saja limbah dari pakaian tersebut.
Kandungan polyester dan nilon membutuhkan waktu 20-200 tahun untuk diurai oleh alam. Meski demikian, terdapat bahan pakaian yang bisa terurai dalam hitungan minggu hingga bulan. Seperti pakaian berbahan katun, terutama yang jika katun 100%. Dan juga pakaian berbahan linen yang dapat terurai dalam dua minggu.
Bagaimana Solusi Bagi Industri Fashion
Source: Thenewdaily.com.au
Beberapa pakaian yang tidak terjual banyak yang dibakar oleh pemilik produk, bahwa pada 2017 salah satu Brand Fashion ternama asal Swedia H&M terungkap membakar 12 ton pakaian yang tidak terjual sejak 2013. Tentu kelebihan produksi tersebut membuat kerusakan pada lingkungan.
Lalu, bagaimana solusi bagi Industri fashion untuk mengatasi hal ini?
Ada beberapa langkah efektif yang bisa dilakukan oleh industri fashion:
Stop Produksi Berlebihan
Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh industri dengan tidak melakukan produksi secara berlebihan. Tentu ini juga akan menguntungkan bagi bisnis Anda, karena perusahaan akan mengurangi biaya produksi dan mengurangi jumlah stok yang tidak terjual sehingga tidak merugikan perusahaan.
Perilaku konsumen ikut berperan
Dinda mengamati, dari lingkungan teman-temannya saja, kebiasaan belanja baju luar biasa tinggi. Misalnya, temannya sengaja beli baju baru demi acara makan malam.
Padahal, koleksi bajunya sudah sangat banyak dan ia hanya akan memakainya satu kali itu saja sehingga dirinya menyarankan untuk memakai baju yang sudah dimiliki saja. Ia pun berbagi tips agar kamu gak perlu terus-menerus belanja produk fashion.
“Pilih produk fashion yang basic dalam warna-warna monokrom, seperti hitam dan cokelat sehingga bisa dikenakan di berbagai acara dan dipadankan dengan macam-macam aksesori. Basic item milik saya adalah jeans, kaus ketat atau tank top, dan sepatu putih. Kalau mati gaya, sepatu putih tidak pernah gagal jadi penolong,” ucapnya.
Menyumbangkan Pakaian
Overstock produksi pakaian yang terjadi dapat dikurangi secara signifikan dan dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang lebih parah. Para stakeholder harus sadar akan hal ini dengan melakukan produksi dengan perhitungan matang.
Jika terdapat produksi berlebihan, sebaiknya industri menyumbangkan pakaian tersebut kepada lembaga-lembaga yang terpercaya dan kepada masyarakat kurang mampu yang sulit dalam membeli pakaian
Luxury Brand Hugo Boss bahkan menggunakan sistem kekinian untuk mendorong pengurangan limbah dan menjadi industri yang ramah lingkungan. Cara Hugo Boss dengan tidak memberikan sampel fisik kepada pelanggan, tetapi mereka menggunakan monitor layar sentuh untuk menunjukan desain terbarunya, menghilangkan semua sumber daya yang diperlukan dalam produksi dan menghemat waktu dan uang.
Brand Gucci bahkan memiliki program Scrap-Less dimana penyamaan kulit menggunakan kulit yang telah dirawat. Sehingga Gucci menghemat limbah, air, energi, dan penggunaan bahan kimia dalam rantai pasokan kulit.
Baca Juga: Mengenal Karakteristik Limbah Cair, Nomor 3 Paling Sering Ditemui!
Dengan cara tersebut industri bisa lebih peduli terhadap lingkungan. Sehingga dampak yang ditimbulkan pun tidak secara signifikan. Selain itu, industri fashion juga perlu melakukan analisis dampak lingkungan dengan melakukan uji dan monitoring limbah industri fashion di sekitar industri
Untuk melakukan uji dan monitoring limbah industri fashion, Industri bisa menggandeng Laboratorium Lingkungan untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat serta akuntabel bagi industri. Dapatkan informasi lengkap mengenai uji dan monitoring industri di PT Advanced Analytics Asia Laboratories. Dapatkan penawaran sekarang!!
Schoolmedia News, Jakarta – Tahukah kamu jika banyak sekali jenis limbah yang bisa merusak lingkungan? Salah satu limbah yang bisa merusak lingkungan dan jarang sekali disadari adalah limbah fashion. Apa itu limbah fashion? Limbah fashion dikenal juga dengan fast fashion. Fast fashion menjadi salah satu penyebab terbesar polusi limbah fashion yang dapat merusak lingkungan, seperti polusi air, tanah, maupun penghasil gas emisi rumah kaca yang dapat menyebabkan climate change (perubahan iklim).
Fast Fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model fashion yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang berkualitas buruk, sehingga tidak tahan lama. Industri fast fashion seringkali tidak memperhatikan dampak buruk terhadap lingkungan dan mengorbankan keselamatan para pekerjanya. Kebanyakan industri fast fashion terletak di Asia dan di Negara berkembang, seperti Bangladesh, India, bahkan Indonesia.
Oleh karena itu penting juga bagi kita untuk bisa berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Dengan modal suka mengoleksi fashion items, kita juga bisa menjaga keseimbangan lingkungan. Berikut cara mengurangi limbah fashion seperti Schoolmedia News rangkum dari berbagai sumber.
Baca juga: Benarkan Makan Gorengan Bisa Buat Wajah Cepat Tua?
1. Pertama-tama kamu bisa lakukan donasi baju. Bisa dimulai memberikan fashion items kamu ke orang-orang terdekat, atau bisa juga mendonasikannya ke berbagai online platform.
2. Belanja baju bekas juga bisa jadi salah satu cara untuk mengurangi limbah fashion. Kalau kamu melakukan hal ini, sama aja artinya kamu sudah membantu mendukung sustainable fashion.
3. Kalau kamu mau membeli baju atau aksesori, pilihlah kombinasi warna yang netral. Sehingga baju atau pun aksesori kamu ini bisa lebih bertahan lama untuk dipakai karena tidak sulit untuk memadu-padankannya.
4. Hindari pakaian atau aksesori yang terbuat dari serat sintetis. Material ini sulit untuk diproses kembali sehingga cenderung lebih mudah untuk menjadi limbah fashion.
5. Jangan ragu untuk mendaur ulang baju atau aksesorimu. Dari bentuk semula kamu bisa mengubahnya menjadi bentuk yang baru. Misalnya dari rok menjadi sarung bantal, dari kemeja menjadi tote bag, dari jaket menjadi bandana, dan lain sebagainya.
Pada zaman sekarang banyak sekali poduk-produk yang menggunakan bahan dari sampah daur ulang dalam membuat suatu benda. Sampah, daur ulang dan sampah daur ulang mempunyai pengertiannya masing-masing.
Sampah adalah bahan padat atau material yang sudah dibuang, tidak di inginkan kembali, atau sudah berakhirnya sesuatu dalam masa pakainya. Biasanya sampah berasal dari kegiatan pasar, perkantoran, kegiatan rumah tangga, puing-puing bahan bangunan, atau industri.
Daur ulang adalah suatu proses atau kegiatan utuk membuat suatu benda bekas atau yang sudah tidak terpakai menjadi benda yang bisa dipakai kembali.
Tujuan proses daur ulang adalah untuk membuat sampah yang masih layak pakai dapat berguna kembali. Dan juga dapat mengurangi penggunan bahan baku yang dipakai atau bahan baku yang baru.
Sampah daur ulang sendiri memiliki pengertian sebuah proses dimana untuk menjadikan suatu bahan tidak terpakai atau bahan bekas menjadi bahan yang baru atau layak pakai kembali.
Tujuannya adalah agar sampah yang masih bisa terpakai menjadi lebih berguna. Dan dapat mengurangi pengunaan bahan dalam pembuatan produk baru, dapat juga untuk menghemat energi, mengurangi polusi udara yang ada, mengurangi kerusakan lahan yang terjadi, dan emisi gas rumah kaca yang ada.
Sampah memiliki banyak jenis dan biasanya dalam daur ulang sampah hanya sampah-sampah yang masih bisa untuk didaur ulang kembali, biasanya sampah plastik yang biasa dapat untuk didaur ulang untuk membuat sebuah produk baru.
Styrofoam juga bisa di daur ulang kembali, sampah dari kain-kain bekas juga masih bisa untuk didaur ulang atau diolah kembali untuk menjadi barang yang kembali memiliki kegunaan.
Sampah plastik juga memiliki pengertian tersendiri dimana plastik memiliki artinya sendiri, dimana plastik adalah polimer atau merupakan rantai panjang atom yang saling mengikat satu sama lain. Rantai tersebut dapat membentuk banyak molekul monomer atau berulang.
Plastik umumnya terdiri dari oksigen, nitrogen, chlorine, belerang di tulang belakang, atau dari polimer karbon.
Sampah yang dapat didaur ulang akan menghasilkan produk-produk baru seperti pajangan rumah, pot bunga, dan beberapa barang kerajinan lainnya. Selain barang kerajinan yang dapat dihasilkan dari proses daur ulang, fashion juga merupakan salah satu hal yang bisa dibuat menggunakan sampah daur ulang.
PERKEMBANGAN INDUSTRI FASHION
Berbicara mengenai fashion tidak akan pernah ada habisnya. Dari zaman ke zaman perubahannya begitu terasa. Fashion pun dari awal perkembangannya hingga sekarang memiliki makna tersendiri.
Mulai dari awal-awal berkembangnya fashion yang menunjukkan status seseorang hingga menjadi tontonan dan selera bagi banyak orang. Dulu mungkin hanya segelintir orang saja yang bisa memakai pakaian bagus, tetapi sekarang semuanya bisa menikmati sesuai selera.
Fashion bukan lagi menjadi kebutuhan sandang, tetapi bisa mendatangkan uang. Jika berbicara tentang pendapatan maka kita akan masuk kepada ekonomi. Sesuatu yang menjadi baru dalam satu dekade ini adalah ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif sendiri merupakan konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama.
Ekonomi kreatif saat ini sedang gencar diberlakukan di Indonesia, bahkan sudah ada menteri yang menaungi ekonomi kreatif sebagai program negara. Pasalnya ekonomi kreatif menjadi sumber pendapatan yang besar bagi negara Indonesia.
Fashion berkontribusi sangat penting di dalam perekonomian dunia. Saat ini, inustri fashion bergerak maju dengan kecepatan yang lebih seiring dengan perkembangan ekonomi dan teknologi dunia yang kian berkembang pesat juga. Pada tahun 2018, industri fashion mampu berkontribusi sebesar 18,01% atau sekitar Rp116 triliun terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Tren fashion yang berkembang dari zaman ke zaman dapat meningkatkan ekonomi dikarenakan kegiatan konsumsifitas yang terus berjalan selama adanya tren fashion terbaru. Industri fashion selalu dapat memberikan hal baru yang kreatif dan selalu berbeda dari masa ke masa.
Fashion sendiri merupakan sebuah industri yang tidak akan pernah berhenti untuk berkembang. Karena akan terus ada konsumen-konsumen yang membutuhkan produk fashion, entah itu pakaian, tas, sepatu, ataupun perhiasan.
Produk fashion biasanya akan lebih banyak dilirik oleh konsumen jika produk tersebut memiliki gaya yang apik, nyentrik, original, kekinian, serta dapat menciptakan sebuah tren yang baru. Konsumen akan lebih memilih untuk menggunakan fashion terbaru dari pada fashion yang lama.
Fashion lama akan terkesan kuno dan ketinggalan zaman. Karena itu, konsumen lebih memilih fashion yang paling baru agar gaya penampilannya dapat terlihat lebih glamor, fresh, dan juga terlihat mengikuti perkembangan zaman.
Dalam mempertahankan perkembangan di industri fashion, pelaku industri fashion harus memberikan inovasi-inovasi baru pada desain. Karena desain dari sebuah industri fashion merupakan daya tarik utama para konsumen.
Selain dilihat dari desain yang baru dan berbeda, pemilihan bahan dari produk fashion tersebut juga mempengaruhi daya tarik konsumen. Bahan yang digunakan dalam produksi fashion biasanya merupakan bahan yang dapat digunakan secara nyaman.
Perkembangan industri fashion di dunia, menyebabkan meningkatnya produksi fashion yang sangat cepat. Memproduksi fashion dalam jumlah yang besar mengakibatkan peningkatan produksi limbah.
Jika bahan yang digunakan dalam produksi fashion merupakan bahan yang dapat memproduksi banyak limbah, maka perkembangan industri fashion juga memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Dalam hal ini, limbah yang dikeluarkan dalam memproduksi fashion menjadi penyumbang polusi dan limbah terbesar di dunia.
Kali ini fashion yang dibahas bukan sekadar pakaian-pakaian yang berbahan tekstil, tetapi fashion daur ulang. Mengapa? Seperti kita tahu pencemaran alam banyak terjadi dan dipengaruhi oleh penggunaan manusia akan pakaian-pakaian berbahan tekstil. Maka dari itu, perlu melakukan Langkah konkret yaitu dengan mengubah pakaian berbahan tekstil dengan pakaian daur ulang
MASALAH DAN SOLUSI DALAM PERKEMBANGAN FASHION
Merujuk data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), secara global industri mode melepaskan setengah juta ton serat mikro sintesis ke laut setiap tahunnya. Karena itulah, suistainable fashion atau gaya busana berkelanjutan menjadi agenda penting untuk masa depan Indonesia juga dunia.
Patut disyukuri berbagai kampanye menjaga lingkungan kini telah menjadi tren dan mulai booming di kalangan anak muda, mulai dari kesadaran meninggalkan sedotan plastik dan menggantinya denggan sedotan stainless, mengisi ulang botol air, hingga pemilihan busana berkelanjutan alias sustainable fashion.
Seperti kita tahu pencemaran alam banyak terjadi dan dipengaruhi oleh penggunaan manusia akan pakaian-pakaian berbahan tekstil. Maka dari itu, perlu melakukan langkah konkret yaitu dengan mengubah pakaian berbahan tekstil dengan pakaian daur ulang.
Dengan teknologi baru dan juga kreativitas, sampah plastik bisa diolah menjadi banyak benda baru yang lebih bermanfaat. Sebelumnya sudah banyak yang mengolah limbah plastik menjadi aneka kerajinan rumah tangga, tetapi limbah plastik juga bisa diolah menjadi sepatu, tas, pakaian dan kerajinan fashion lainnya.
Sustainable fashion sendiri merupakan konsep fashion berkelanjutan yang ramah lingkungan, alam, dan kesehatan, yang saat ini tengah gencar digalakkan oleh para pegiat industri fashion, termasuk para desainer.
Berbagai busana berkonsep sustainable fashion dengan cara meng-upcycle pakaian lama menjadi bentuk baru atau cara pakai yang berbeda. Saat ini juga sudah banyak fashion show yang menampilkan pakaian, tas, dan aksesoris lainnya yang terbentuk dari daur ulang sampah.
Contohnya yaitu pakaian dan tas yang terbuat dari plastik bekas, pakaian yang terbuat dari kertas, aksesoris berupa kalung atau gelang dari botol bekas, atau juga sepatu yang terbuat dari limbah botol plastic seperti yang dilakukan oleh merk sepatu Adidas.
Terdapat banyak kendala yang dihadapi saat melakukan daur ulang sampah menjadi suatu kerajinan di bidang fashion, salah satunya adalah keterbatasan fasilitas pengolahan sampah dan kemampuan pengolahan yang kurang baik sehingga memengaruhi kualitas produk daur ulang menjadi kurang menarik.
Proses pengolahan sampah dilakukan biasanya tidak variatif dan terkesan monoton. Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan sebuah alternatif desain yang mampu meningkatkan kualitas produk daur ulang sampah memiliki nilai estetis tinggi namun dapat diperoleh melalui teknik sederhana yang mudah diaplikasikan pada industri daur ulang.
H&M RILIS PRODUK RAMAH LINGKUNGAN
Salah satu brand fast fashion ternama H&M berpartisipasi menjaga lingkungan melalui edisi FW20. Mereka merilis koleksi Conscious Exclusive A/20 A atau musim gugur dan musim dingin di tahun 2020. Keunikan dari koleksi H&M ini Mereka menggunakan limbah untuk dijadikan sebagai bahan utama baju dan juga aksesoris.
Hal ini dikarenakan adanya krisis iklim yang sudah menjadi perbincangan yang cukup banyak diperhatikan oleh banyak kalangan, mulai dari anak kecil yang masih sekolah, hingga segelintir orang dewasa. Apalagi semenjak Greta Thunberg yaitu seoarang aktivis lingkungan muda yang kerap kali speak up tentang isu ini.
Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi H&M mengikuti agar sadar akan dampak perusahaannya terhadap lingkungan. Pada edisi FW20 ini mereka merilis artikel untuk perempuan dan juga pria dari bahan utama mereka berupa limbah yang sustainable.
Salah satu yang mereka buat adalah jacquard kuning dan bisa digabungkan dengan gaun untuk dalam berbagai warna; dari hitam, kuning, dan hijau yang lembut, dan beberapa diberi motif floral.
Sementara untuk pakaian pria sendiri, H&M membuat jas, tuksedo, kemeja, dan jaket jacquard kuning. Tidak hanya pakaian, mereka juga membuat beberapa aksesoris yang tentunya hasil dari daur ulang seperti kaca mata hitam yang terbuat dari bahan yang sebagian dari limbah biomassa, lalu ada kalung choker, anting, klip sepatu ya semua itu terbuat dari limbah seperti kaca daur ulang, kaleng, plastik dan macam-macam limbah lainya.
Hal terakhir yang melengkapi koleksi FW20 H&M dan cukup menjadi bahan perhatian yakni pembuatan sepatu dari VEGEA , sebuah sepatu kulit vegan yang terbuat dari limbah produksi anggur seperti kulit anggur nya.
Terdapat pula kain yang diproses secara inovatif yakni berbentuk bubur kayu dari sumber berkelanjutan atau yang menggunakan proses garment-to-garment yang unik. Dengan adanya proses ini mampu mengubah limbah tanaman pangan menjadi serat alami.
Dengan adanya mereka menciptakan pakaian penuh transformasi seperti ini, mereka memiliki kesempatan untuk speak up kepada pelanggan mereka. Mereka juga berharap limbah dapat menjadi bagian dari masa depan fashion yang berkelanjutan.
Melalui koleksi ini pula mereka sangat ingin menyampaikan pesan serupa kepada para pelanggannya agar mengurangi pemborasan yang sering terjadi ketika kita membeli sebuah pakaian. Walaupun dari bahan limbah, bahan pakaian ini mampu menampilkan volume dramatis, bentuk berstruktur lembut, dan kerutan glamor dengan nada edgy.
TUGAS UAS EKONOMI KREATIF
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
KELOMPOK F Kelas D: Malya Enggar (200907353), Diva Savira Saleh P. (200907355), Rhenantya Rezky D. (200907350), Damaris Fanuelle K. C. (200907314), Gabriel Haris Putra P. (200907326)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Beauty Selengkapnya
Tumpukan limbah fast fashion (Sumber: https://phys.org/)
Kampus ITS, Opini — Munculnya tren mode yang silih berganti tidak lepas dari gaya hidup konsumtif yang berkembang di kalangan masyarakat. Tren tersebut didukung oleh produsen lini mode ternama, berlomba-lomba memproduksi pakaian musiman terbaiknya. Namun, masyarakat masih belum menyadari terkait berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari fenomena fast fashion ini telah secara signifikan mencemari bumi kita.
Fenomena fast fashion dapat didefinisikan sebagai produk industri garmen yang ditujukan untuk jangka waktu pemakaian yang singkat. Bukan hanya itu, produk garmen ini diproduksi dalam jumlah yang melimpah dengan waktu relatif cepat. Untuk menekan biaya produksi digunakan bahan berkualitas rendah yang justru berpotensi mencemari lingkungan.
Sayangnya tidak banyak pihak yang menaruh perhatian pada limbah fast fashion ini. Hal tersebut dibuktikan dengan masih maraknya produk fast fashion yang terbuang dan menjadi limbah. Co-Founder dari Our Reworked World, Annika Rachmat menyampaikan data temuannya, yaitu sebanyak 33 juta ton tekstil yang diproduksi di Indonesia, satu juta ton di antaranya menjadi limbah tekstil.
Dampak yang dihasilkan limbah fast fashion tidak main-main. Dibuktikan dengan data yang diperoleh Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler. Ia menyampaikan bahwa industri pakaian telah berkontribusi sebagai penyumbang polusi terbesar kedua di dunia. Ia juga menambahkan bahwa sebanyak 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh industri tekstil di dunia.
Perbandingan emisi gas rumah kaca poliester dengan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara (Sumber: World Resources Institute)
Lebih lanjut terkait dampak lingkungan yang dihasilkan oleh limbah tren mode ini telah tampak di depan mata. Salah satu contohnya adalah pencemaran air. Studi yang dilakukan Pusat Riset Oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada bulan Februari lalu, menemukan sebanyak 70 persen bagian tengah Sungai Citarum tercemar mikro plastik, berupa serat benang polyester. Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan industri tekstil di kawasan tersebut.
Kandungan mikroplastik mengancam kehidupan biota di Daerah Aliran Sungai Citarum. Kerusakan yang terjadi berupa kecacatan hingga kematian ikan dan kerang di Sungai Citarum. Selain itu, penggunaan air Sungai Citarum untuk mandi dan mencuci baju oleh warga sekitar juga berpotensi memunculkan berbagai penyakit.
Ikan mati di Sungai Citarum diakibatkan oleh limbah berbahaya (Sumber: https://news.detik.com/)
Tidak berhenti disitu, kurangnya edukasi masyarakat terkait pemisahan jenis sampah juga turut memperburuk keadaan. Contohnya, perilaku masyarakat yang tidak membuang limbah pakaian pada tempatnya sehingga menyulitkan proses pemilahan sampah yang berujung pada pencemaran lingkungan.
Berbagai industri garmen ternama yang turut berkontribusi dalam tren fast fashion ini telah melakukan upaya dalam menurunkan jumlah limbah pakaian. Contohnya adalah H&M yang menyediakan tempat daur ulang pakaian bagi pelanggan yang ingin membuang pakaian yang tidak lagi digunakan.
Selain itu United Nations menyarankan penggunaan bahan eco-friendly untuk menjadi terobosan industri mode ternama sebagai upaya mengurangi limbah tekstil. Selanjutnya, konsumen sebagai subjek utama tren fast fashion dapat berkontribusi dengan mengurangi jumlah pembelian pakaian baru.
Terakhir, diperlukan sinergi antara produsen garmen dan masyarakat untuk bekerja sama mengurangi jumlah limbah fast fashion. Dapat dimulai dari diri sendiri dengan mengubah gaya hidup konsumtif dan hanya membeli seperlunya. Sedangkan produsen garmen dapat berkontribusi dengan mempertimbangkan jumlah dan bahan dari pakaian yang diproduksi agar tidak berakhir menjadi limbah. (*)
Ditulis oleh: Prasasti Nur Rahmania Ramadani Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Angkatan 2022 Reporter OJT ITS Online
UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkap, fashion adalah industri paling berpolusi kedua di dunia setelah industri perminyakan. Faktanya, sepuluh persen dari emisi karbon yang memengaruhi krisis iklim dihasilkan dari industri fashion.
Bahkan, jumlah emisi karbon dari industri fashion lebih besar daripada total emisi yang dihasilkan dari gabungan industri jasa pengiriman dan penerbangan. Ini berarti industri fashion berperan besar dalam mendorong terjadinya perubahan iklim.
Masalahnya, di masa mendatang, generasi muda akan menjadi yang paling terdampak oleh perubahan iklim tersebut. Maka, sejak sekarang mereka perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya beraksi dan berkolaborasi dalam memperlambat perubahan iklim.
“Kecenderungan generasi muda mengonsumsi fast fashion kemudian mendorong Generasi Nol Emisi meluncurkan kampanye #MakinBelelMakinNyaman melalui media sosial pada awal 2022. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya limbah fashion dengan tetap merawat pakaian-pakaian lama,” kata Dewi Rizki, Program Director for Sustainable Governance Strategic KEMITRAAN.
Apakah kamu juga tertarik untuk diet baju dan produk fashion lain? Sebelum itu, yuk ketahui dahulu lima fakta penting tentang limbah fashion berikut ini.
Produksi Pakaian Berkualitas dan Tahan Lama
Industri harus sadar akan hal ini. Setiap produksi yang dilakukan dapat menghasilkan limbah yang merusak lingkungan, baik itu berbentuk cair atau padat. Belum lagi jumlah air yang diperlukan dalam memproduksi pakaian.
Dengan memproduksi pakaian berkualitas, industri dapat mengurangi limbah fashion yang berlebihan. Selain itu, pastikan produk yang dihasilkan dapat digunakan secara jangka panjang. Industri dapat analisis prediksi tren sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mencegah limbah berlebihan selama proses produksi.